Keris
Dimasa lalu, setiap pria Jawa terutama bangsawan dan priyayi, pada saat menjalankan tugasnya sehari-hari, selalu mengenakan busana tradisional lengkap dengan sebilah keris dipinggangnya. Setiap priyayi paling tidak memiliki dua buah, satu untuk dipakai harian, sedangkan yang lain untuk upacara resmi dan upacara di karaton. Tentu saja, keris yang kedua mempunyai kualitas dan penampilan yang lebih bagus.
Dizaman kuno, keris dipergunakan sebagai senjata untuk berperang ataupun untuk bertarung satu lawan satu. Pada saat ini, fungsi keris adalah untuk pelengkap busana tradisional. Namun demikian, keris tetap dihargai, diperlakukan dengan baik. Orang tradisional menghargai keris sebagai pusaka yang berharga dan barang seni yang bernilai tinggi. Keris dinilai berkualitas tinggi, kalau mempunyai penampilan fisik yang anggun dan punya daya spiritual yang bagus.
Orang Yang Sempurna
Menurut penilaian tradisional Jawa, seseorang telah dianggap sempurna kalau dia telah mempunyai lima hal, yaitu: Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo/Keris. Penjelasan singkatnya sebagai berikut :
Wismo artinya rumah. Orang yang telah mempunyai rumah tentunya penghasilannya cukup dan hidupnya mapan.
Wanito. Orang yang telah kawin dan punya istri ( demikian pula tentunya seorang wanita yang telah menikah), artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan bertanggung jawab.
Kukilo artinya burung. Penjelasan filosofisnya adalah : nyanyian burung itu merdu bagai music atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang, enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang ayah,kepala keluarga berbicara dengan suara lembut ,itu tentu sangat menenangkan dan menyenangkan seluruh keluarga.
Turonggo artinya kuda. Kuda adalah alat trransportasi yang praktis dimasa lalu. Dia bisa dipakai menarik andong ataupun bisa ditunganggi untuk bepergian. Dalam hal ini, orang hendaknya memiliki kendaraan kehidupan ( mempunyai jalan hidup) yang bisa dengan baik dikendalikan supaya hidupnya mapan.
Curigo atau Keris. Kris itu tajam ujungnya. Ini melambangkan ketajaman pikir. Adalah sangat penting orang punya pikiran yang tajam dengan wawasan yang luas. Itu adalah urutan dimasa dulu. Kini, ada yang menyatakan bahwa urutan pertamanya adalah keris dengan alasan : otak yang cemerlang, intelligentsia adalah paling penting.
Warongko dan Wilah
Secara umum, sebuah keris mempunyai dua bagian penting, yaitu warongko/sarung dan wilah atau bilah keris.
Warongko adalah pakaian untuk melindungi bilah. Sejak dulu ada dua macam bentuk warongko, yaitu Branggah atau Ladrang dan Gayaman.
Branggah dikenakan pada waktu upacara resmi dan kebesaran, sedangkan Gayaman untuk dipakai harian.
Selain itu ada dua macam gaya warongko yaitu Gaya Ngayogyokarto dan Surokarto.
Sebuah keris dari kualitas tinggi, punya penampilan yang bagus. Bagian luar keris terdiri dari (dari atas kebawah): Ukiran/pegangan; Mendhak/cincin; Warongko/sarung dari kayu yang langsung membungkus bilah keris dan Pendhok/ sarung atau pembungkus warongko yang terbuat dari bahan metal yang diukir. Supaya “pakaian luar” dari bilah keris bagus dan menarik, diperlukan bantuan seniman yang mumpuni dan ahli dalam bidangnya.
Sebuah keris yang bagus, klasik, hanya bisa dibuat oleh seorang Empu Keris, yang memang ahli dan berpengalaman dalam bidang pembuatan keris.
Keris yang bagus juga memerlukan materi yang bagus ,berupa : besi, nikel dan baja yang bermutu. Kadang-kadang batu meteor yang mengandung titanium juga dipergunakan untuk menciptakan pamor yang indah yang muncul dibilah keris.
Seni Tempa
Bilah keris dibuat dengan cara ditempa ditungku milik empu, dengan suara yang bertalu-talu memukuli campuran besi, nikel dan baja dengan percikan-percikan api merah menyala tersebar diruangan tempa.
Di Besalen, tempat penempaan keris, diruang perapian telah disiapkan bahan-bahan baku untuk keris berupa 5 kg lempengan besi yang berukuran kira-kira lebar 4 cm, tebal 2 cm, panjang 15 cm; 50 gram nikel dan 0,5 kg baja. Tiga komponen itu dicampur dengan jalan ditempa dan dibakar. Besi dipanaskan, ditempa berulang-ulang. Nikel diselipkan antara lempengan besi, dipanaskan membara sampai ukuran panjang tertentu, lalu dilipat dua dan ditempa. Proses ini dilaksanakan berulang-ulang sampai mencapai lipatan yang dikehendaki, tergantung kepada bentuk tampilan dari keris yang dikehendaki. Penempaan haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan jeli supaya muncul pamor bagus yang diinginkan dibilah keris.
Sesudah itu, lempengan baja dengan besi dan nikel yang telah ditempa, dipanaskan lagi sampai membara dan ditempa lagi untuk menguatkan bilah keris. Bilah keris dibentuk sesuai kehendak, bisa dibuat Keris Lurus atau Keris Luk, dengan bengkokan. Jadi pembuatan keris sesuai dengan blueprintnya dengan menggunakan pelbagai alat pertukangan. Supaya bisa memunculkan pamor yang indah, selain nikel diperlukan batu meteor sebagai tambahan. Pencampuran metal berlapis-lapis dan penempaan adalah teknik yang diterapkan untuk menghasilkan bilah keris yang kecil, kuat, tipis.
Pada tahap finishing, bilah keris di-sepuhi, yaitu dipanaskan tetapi tidak sampai membara kemudian disepuh supaya kuat, awet dan bagus . Keris dicelupkan kedalam ember yang berisi air kelapa atau cairan campuran dari sulfur, jus jeruk dan garam. Keris sudah siap dan beratnya kira-kira 0,4 kg saja!
Pada saat ini untuk membuat sebuah keris yang bagus dan berkualitas klasik, diperlukan : 100 kg arang jati, dan dikerjakan selama 40 hari atau bahkan lebih untuk jenis keris yang lebih rumit. Sang Empu biasanya dibantu oleh dua orang pembantu untuk penempaan.
Peran Empu Keris
Dizaman kuno , masyarakat tradisional sangat menghormati empu keris. Setiap kerajaan tentu punya empu-empu keris andalannya. Para empu membuat keris atas pesanan dari raja, pangeran dan petinggi istana. Tentu saja ada empu yang menerima pesanan dari priyayi kecil, prajurit, guru, seniman, petani, pedagang dan berbagai orang yang bekerja dibermacam bidang.
Pada masa lalu, setiap orang hanya menyimpan keris yang khusus dibuat untuknya oleh seorang empu keris. Itu prinsip utamanya.
Kedua, pejabat istana mengenakan keris jabatan yang dipinjamkan oleh raja . Pejabat-pejabat yang mendapatkan pinjaman “Keris Jabatan” biasanya adalah Patih, Menteri, Hulubalang, Adipati, Bupati dlsb. Mereka boleh menyimpan keris –keris tersebut selama masih menjabat.
Ketiga, seseorang yang menerima hadiah keris dari raja atau atasannya.
Keempat, anak yang menerima keris dari ayahnya. Dulu ada kebiasaan, seorang ayah memberikan keris kepada putra-putranya telah dewasa. Juga menantu laki-laki yang menerima keris dari mertuanya. Dia boleh menyimpan keris tersebut selama dia masih menjadi menantu, tetapi kalau dia cerai dengan istrinya, kerisnya harus dikembalikan.
Secara prinsip, untuk masyarakat tradisional, keris merupakan milik pribadi, karena keris dibuat untuk pemiliknya dengan bantuan seorang Empu Keris dan keris tersebut mengandung harapan pemilik supaya mempunyai kehidupan yang berhasil lahir batin.
Kehendak pribadi yang merasuk kedalam keris tersebut akan berlaku selamanya dan itu merupakan enerji yang kuat untuk selalu menjaga dan membantu pemiliknya demi mencapai cita-citanya.
Oleh karena itu, dimasa kuno tidak ada perdagangan keris, karena setiap keris hanya melayani tuannya,pemiliknya. Dalam perkembangan ada jual beli keris. Ketika membeli keris, selain bentuk dan pamor yang diperhatikan, yang paling penting untuk dideteksi adalah enerji spiritual atau tuah keris yang merupakan tugas utama yang asli dari keris itu. Anda harus memilih keris yang “kehendak spiritualnya” sesuai dengan kehendak anda. Supaya anda dan keris tersebut mempunyai hubungan yang harmonis. Anda menyenangi keris tersebut, memperlakukannya dengan patut, sehingga keris juga merasa aman dan tenang ditangan anda dan , mestinya si keris akan melayani tuan barunya dengan sepenuh hati.
Keris atau “isi” keris bisa diajak berdialog, disebut “nayuh” dalam bahasa Jawa.Seandainya, anda belum bisa menayuh keris, jangan ragu untuk meminta bantuan seorang ahli menayuh keris.
Ada istilah halus yang dipakai dalam perdagangan keris, bila anda mau membeli keris, anda tidak menanya: “Berapa harga keris ini?” Tetapi anda harus mengatakan : “Berapa” Mas Kawin” keris ini?”, seolah anda melamar untuk memiliki keris itu.
Setiap kali seorang empu membuat keris, sesuai dengan tata cara baku, dia harus terlebih dahulu mempersiapkan diri secara batin. Dia harus membersihkan jiwa raganya, lahir batin dengan cara berpuasa, mengurangi tidur dan tidur sebentar sesudah tengah malam, berhari-hari melakukan meditasi. Dia dengan khusuk memohon kepada Gusti, Tuhan untuk membuat keris yang bagus dan cocok untuk pemesannya.
Sang Empu juga memohon supaya selama proses pembuatan segalanya berjalan lancar, aman; dia, para pembantunya dan si pemesan supaya selamat dan supaya dia diberi berkah untuk berhasil membuat keris sesuai dengan permintaan pelanggannya. Dia juga akan memohon restu dari gurunya atau almarhum gurunya dalam meditasinya.
Sesudah yakin bahwa dia telah mendapatkan berkah Ilahi, dia juga akan meminta supaya si pemesan juga melakukan tirakatan dengan membersihkan jiwa raganya lahir batin dan berdoa kepada Gusti, Tuhan supaya diperkenankan untuk mempunyai keris baru yang bagus dan cocok. Bila perlu dia juga harus berpuasa untuk beberapa hari. Yang paling penting, selama proses pembuatan keris, dia harus mempunyai pikiran dan hati yang bersih. Empu akan mencatat nama lengkapnya, pekerjaannya, hari, tanggal, bulan dan tahun kelahirannya, bentuk /dapur keris dan pamor keris yang diminta dan tentu saja harapan akan mission kerisnya.
Data tersebut akan dipergunakan oleh Empu untuk mulai pembuatan keris, supaya bisa dibuat keris yang berkualitas. Seperti dalam adat, sesaji tradisional diadakan dan ditaruh dalam besalen dengan tujuan positif untuk mendapatkan berkah dan perlindungan Gusti, Tuhan selama berlangsungnya proses pembuatan keris.
Keris apa yang akan dibuat dan apa misi dari keris tersebut, itu tentu disesuaikan dari pekerjaan si pemesan. Semua orang tentu mempunyai kemauan yang baik, tetapi setiap profesi tentu mempunyai ke-khasan masing-masing.Misalnya ada berbagai profesi seperti : raja, pejabat tinggi Negara, birokrat, prajurit, saudagar, petani, executive, diplomat, guru, satpam, dll. Sehingga, kiranya mudah dimengerti bahwa sebuah keris yang bagus untuk seorang pedagang, belum tentu cocok dipakai oleh pegawai negeri sipil.
Selain enerji spiritual asli yang diciptakan selama proses pembuatan keris, ada pula keris yang “diisi” oleh mahluk halus yang disebut qodam untuk membantu melindungi atau menolong pemilik keris.
Sifat Fisik Keris
Keris Lurus dan Keris Luk
Ada Keris Lurus dan Keris Luk. Ada berbagai macam Keris Luk seperti Keris Luk 3, artinya keris dengan belok 3, ada Keris Luk 5, Keris Luk 7, Keris Luk 9 dll.
Keris Lurus dan Keris Luk mempunyai arti simbolis.
Keris Lurus melambangkan kepercayaan diri dan mental yang kuat.
Keris Luk 3 melambangkan keberhasilan cita-cita.
Keris Luk 5 melambangkan : dicintai oleh banyak orang.
Keris Luk 7 melambangkan kewibawaan.
Keris Luk 9 melambangkan kewibawaan, kharisme dan kepempiminan.
Keris Luk 11 melambangkan kemampuan untuk mencapai pangkat tinggi.
Keris Luk 13 melambangkan : kehidupan stabil dan tenang.
Dapur Keris
Dapur atau bentuk khusus keris ditunjukkan oleh kombinasi dari bagian-bagian keris dan luk dari keris. Dapur-dapur keris diciptakan oleh raja-raja Jawa.
Di masa kuno, sudah ada 19 macam dapur keris seperti Sempana, Tilam Upih, Jalak Dhindhing, Kebo Lajer dll, ciptaan para raja kuno dengan empu-empu terkenal, seperti :
Sri Maharaja Dewa Buddha dari Kerajaan Medhangkamulan di Gunung Gede, Jawa Barat ditahun Saka 142. Empu Ramayadi.
Sang Raja Balya dari Kerajaan Medhangsiwanda, Madiun, Jawa Timur ditahun Saka 238. Empu Sakadi.
Raja Berawa dari Kerajaan Medhangsiwanda, di sebelah utara Gunung Lawu, Grobogan, Jawa Tengah. Empu Sukasadi.
Raja Buddhawana dari Kerajaan Medhangsiwanda di tahun Saka 216. Empu Bramakedhali.
Prabu Buddha Kresna dari Kerajaan Medhangkamulan di tahun Saka 246. Empu Saptagati.
Prabu Sri Kala dan Watugunung dari Kerajaan Purwocarito di tahun Saka 412. Empu Sunggata dan Janggito.
Raja Basupati di Wiroto, Purwocarito di tahun Saka 422. Empu Dewayasa.
Raja Drestarata di Astinapura, Purwocarito, di tahun Saka 725. Empu Mayang.
Pada tahun Saka 748, terjadi perang Baratayuda versi Jawa. Perang hebat itu menghancurkan segalanya termasuk musnahnya semua senjata keris dan tombak dll. Memakan waktu satu abad untuk kerajaan-kerajaan baru memerintahkan para empu untuk membuat keris dengan dapur yang sudah ada dan bahkan ditambah lahirnya dapur-dapur baru.
Raja Gendrayana dari Mamenang, Jawa Timur. Di tahun Saka 827 mencipta dapur Pandawa, Karna Tinandhing dan Bima Kurda. Empu Yamadi.
Raja Citrasoma dari Pengging, Jawa tengah, di tahun Saka 941 mencipta dapur Rara Sadewa dan Megantara. Empu Gandawisesa.
Raja Banjarsekar dari Pejajaran, Jawa Barat. Ditahun Saka 1186 mencipta dapur Parungsari, Tilamsekar dan Tilamupih. Empu Andaya.
Raja Siyung Wanara dari Pejajaran, Jawa barat. Ditahun 1284 Saka mencipta dapur Jangkung dan Pandawa Cinarita. Empu : Marcukandha, Macan dan Kuwung.
Raja Brawijaya V, ratu terakhir Kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Ditahun Saka 1380 mencipta dapur Nagasasra, Sabukinten, Anoman dll. Empu Dhomas.
Dimasa Raja Shah Alam Akbar ( Raden Patah), ratu pertama Demak, Jawa Tengah, beberapa wali dari Walisongo yaitu Sunan Bonang mencipta dapur Sengkelat. Empu Suro, ditahun Saka 1429. Sunan Kalijaga mencipta dapur Kidangsoka dan Balebang. Empu Jakasuro.
Sejak saat itu, tidak ada dapur baru yang diciptakan. Para empu penerus hanya melanjutkan pembuatan keris dengan dapur-dapur sebelumnya yang jumlah seluruhnya ada 120 dapur. Setiap dapur mempunyai arti simbolis yang berbeda.
Sempana artinya mimpi, maksudnya terimalah pengetahuan atau ajaran itu secara bijak.
Tilam Upih adalah untuk mengingatkan : Sebaiknya anda memperlakukan orang lain seperti anda memperlakukan istri anda, artinya dengan baik dan penuh perhatian. Demikian juga perlakuan anda terhadap keris anda, seyogyanya seperti perlakuan kepada istri .
Karno Tinanding . Ini mengingatkan supaya setiap saat orang itu terus belajar untuk menambah ilmu dan ketrampilannya. Didunia ini harus siap berlomba untuk menambah kepandaian. Itulah makna kehidupan, tidak ada yang kalah.
Sabuk Inten adalah permata sangat indah. Untuk menjadi orang yang mulia dan dihormati, anda harus punya budi pekerti luhur, tata krama dan tata susila.
Pandawa Cinarita supaya panca indera tenang dan terkendali baik, anda harus sabar, menyukuri apa yang telah anda dapatkan selama ini.
Jangkung artinya tinggi semampai, maksudnya anda dilindungi dengan baik.
Para Empu Kondang zaman kuno
Pejajaran, Jawa Barat :
Empu Windusarpa; Empu Sanggabumi lalu pindah ke Sumatra dan menciptakan pedang Minangkabau yang kuat dan bagus.
Empu Nimbok Sombro, wanita cantik, buah karyanya yang berupa keris juga indah dan sangat dicari oleh para kolektor.
Majapahit, Jawa Timur :
Empu Supomadrangi, dikenal sebagai Empu Supo atau Empu Jakasuro 1. Raja Brawijaya sangat menyenangi keris-keris buatannya. Oleh Raja, dia diberi pangkat tinggi dan gelar kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang Sedayu dan dikawinkan dengan adik raja, selain itu diberi tanah perdikan Sedayu di Jawa Timur.
Empu Supo punya nama yang melegenda dalam bidang perkerisan, orang percaya bahwa dia telah membuat keris dengan tangan telanjang diatas laut. Oleh karena itu dia dijuluki dengan nama Empu Rambang, artinya orang yang bisa membuat keris diatas air.
Empu Supogati, saudara Empu Suro; Empu Jakasuro, anaknya; Empu Wangsa yang mukim di Tembayat; Empu Gedhe yang tinggal di Banyumas, Jawa Tengah.
Semua empu yang bekerja untuk Majapahit disebut Empu Dhomas yang terdiri dari 800 empu dari seluruh penjuru tanah air.
Tuban, Jawa Timur :
Banyak empu Tuban yang adalah pindahan dari Pejajaran, diantaranya lima orang anak Empu Kuwung, yaitu : Empu Rara Sembaga; Empu Bekeljati; Empu Suratman; Empu Paneti; Empu Salaeta. Empu lokal yang terkenal adalah Joko Kajal.
Blambangan, Jawa Timur :
Empu Surowiseso; Empu Kalunglungan; Empu Mlayagati; Empu Cakrabirawa dll.
Madura :
Empu Keleng atau Empu Kasa, ketika di Pejajaran namanya Empu Wanabaya;
Empu Macan, putra dari Empu Pangeran Sedayu, cucunya Brawijaya.
Ketika mukim di Pajang namanya adalah Empu Umyang, lalu pindah ke Madiun dengan nama Empu Tundhung Madiun; Empu Palu, anak Empu Kasa dan Empu Gedhe, anak Empu Palu.
Demak, Jawa Tengah :
Empu Purwosari; Empu Purwotanu; Empu Subur; Empu Jakasupo II.
Pajang, Jawa Tengah :
Empu Cublak; Empu Umyang atau Empu Jakasupo II atau Empu Tundhung Madiun. Sewaktu mukim di Mataram, dia ditunjuk untuk mengepalai 800 orang empu. Untuk pengabdiannya, dia di-anugerahi kedudukan kebangsawanan dengan nama Pangeran Sendhang.
Empu-empu yang lain : Empu Wanagati; Empu Surawangsa; Empu Jakaputut dan Empu Pengasih.
Palembang :
Empu Supo Lembang, keturunan Empu Sedhah.
Mataram, Jogjakarta :
Semasa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mempunyai 8oo empu dari seluruh penjuru tanah air. Para empu tersebut diperintahkan untuk membuat senjata termasuk keris dan tombak yang bagus dan kuat untuk dipergunakan para prajuritr menyerang benteng Belanda VOC di Batavia, Jakarta.
Setiap 100 empu dipimpin seorang mantri. Nama ke-delapan mantri tersebut adalah : Empu Tepas dari Semarang; Empu Mayi dari Karang; Empu Legi dari Majapahit; Empu Gedhe dari Pajang; Empu Luwing dari Madura; Empu Guling; Empu Ancer dari Kalianjir dan Empu Salaeta dari Tuban.
Pimpinan ke delapan mantri adalah Empu Ki Nom atau Pangeran Sendhang. Dia juga disebut Empu Galeng karena dengan tangan kosong mampu membuat keris di-galengan sawah.
Empu-empu Mataram yang lain adalah : Empu Lanang; Empu Suro; Empu Setratoya; Empu Setrakiting; Empu Lujuguna; Empu Setranaya dll.
Kartosuro, Jawa Tengah :
Empu Setranaya III; Empu Sendhangwarih; Empu Taruwangsa;Empu Japan; Empu Braja; Empu Sendhag Koripan dll.
Surakarta, Jawa Tengah :
Empu Brajaguna II; Empu Brajaguna III; Empu Singawijaya. Semasa Raja Paku Buwono X, empunya antara lain: Empu Japan dan Empu Jayasukadgo.
Jogjakarta :
Di Jogja ada banyak empu yang tinggal dibeberapa wilayah Jogja seperti di Kajar, Bener, Imogiri, Ngentha-Entha. Semasa pemerintahan Raja Hamengku Buwono V, salah satu empunya adalah Wangsawijaya yang mendapat pangkat tinggi dengan nama Tumenggung Jayanegara.
Kepala Empu ( Jejeneng dalam bahasa dan istilah Jawa) dimasa Hamengku Buwono V adalah Tumenggung Riyokusumo.
Empu Supowinangun adalah empu semasa Raja Hamengku Buwono VIII yang banyak membuat keris untuk Patih Danurejo VII. Empu lainnya adalah : Empu Lurah Prawiradahana; Empu Bekel Tarunadahana; Empu Jayangpenglaras.
Kepala empu/ Jejeneng empu disaat Hamengku Buwono VIII adalah Empu Wedono Prawirodipuro.
Pakualaman, Jogjakarta :
Empu Ngabehi Kartocurigo 1; Empu Karyocurigo II; Empu Ngabehi Karyodikromo; Empu Mas Saptotaruno dan Empu Joyokaryo.
Tangguh
Tangguh keris adalah perkiraan waktu pembuatan sebuah keris. Ini biasanya diamati dari bentuk keris, pamornya, material yang dipakai. Nama-nama tangguh dihubungkan dengan nama-nama kerajaan kuno seperti :
Tangguh Kahuripan, Jawa Timur dari abad XI.
Tangguh Singasari, Jawa Timur dari abad XII.
Tangguh Pejajaran, Jawa Barat dari abad XIII.
Tangguh Majapahit, jawa Timur dari abad XIV.
Tangguh Blambangan, Jawa Timur dari abad XIV.
Tangguh Sedayu, Jawa Timur, dari abad XIV.
Tangguh Tuban, Jawa Timur, dari abad XIV.
Tangguh Madura, jawa Timur, dari abad XIV.
Tangguh Demak, Jawa Tengah, dari abad XV.
Tangguh Pajang, Jawa Tengah, dari abad XVI.
Tangguh Mataram, Jogjakarta, semasa Panembahan Senopati dan Sultan Agung, dari abad XVI dan XVII.
Tangguh Kartosuro, Mataram, Jawa Tengah, sejak Raja Amangkurat II dari 1680 – 1743.
Tangguh Surakarta, Jawa Tengah, sejak masa Sunan Paku Buwono II, tahun 1743.
Tangguh Jogjakarta, sejak Sultan Hamengku Buwono 1, tahun 1755.
Pamor
Untuk pencinta keris, pamor yang ada dibilah keris adalah bunga dari keris bahkan jiwa dari keris tersebut. Pamor membuat keris bercahaya lebih menarik dan bernilai lebih. Pamor muncul sebagai akibat penempaan canggih dari besi dengan nikel atau batu meteor, ini bukannya ukiran.
Para empu keris mewarisi seni canggih penempaan keris dari para empu sepuh zaman kuno, sejak sekian ratus tahun yang lalu. Dipakai juga batu meteor untuk mempercantik pamor.
Ada beberapa jenis pamor. Bila anda berminat untuk mulai memiliki keris, berhati-hatilah. Pilihlah keris dengan pamor yang membuat hidup anda nyaman, hindari untuk mengkoleksi keris dengan pamor yang jelek perlambangnya.
Pamor Kulbuntet . Pamor ini dimaksudkan untuk melindungi pemilik keris dari segala macam serangan, supaya selamat.
Pamor Batulapak. Member keselamatan dan keberuntungan. Pemilik disenangi banyak orang.
Pamor Udan Mas. Pembawa rejeki dan kekayaan.
Pamor Kancingkulino. Menyebabkan pemiliknya bisa mencapai pangkat tinggi dan keberuntungan.
Pamor Purnamandadari. Pembawa kemakmuran dan pikiran jernih. Ini cocok untuk executive, diplomat dll.
Pamor Satriyo Pinayungan. Pemilik kuat memangku jabatan tinggi, makmur dan disenangi banyak orang.
Pamor Bawaretno atau Pamor Alif untuk menjadi pemimpin yang cakap, mrantasi gawe ( mampu menyelesaikan semua persoalan dan berhasil dalam bekerja) dan ber martabat.
Pamor Pancuran Mas, supaya terus dapat rejeki.
Pamor Tunggak Semi. Pemilik dan keturunannya hidup makmur.
Pamor Likas. Simbul kemakmuran untuk pedagang, petani, peternak. Selalu selamat dan punya banyak teman.
Pamor Ngurutan untuk menolak serangan halus jahat, racun, dan semua kekuatan hitam. Pemilik selamat, punya pekerjaan dan posisi bagus.
Pamor Dewangkoro. Ini cocok untuk prajurit, melindungi dari tembakan peluru, senjata tajam dan musuh jahat.
Pamor Mustar. Melindungi dari segala macam serangan, melindungi rumah dari kebakaran, untuk mendinginkan orang yang sedang marah.
Pamor Rotomo. Membantu menemukan kembali barang hilang. Bagus untuk pencari ikan, hasil tangkapannya banyak; petani akan panen buah banyak.
Pamor Jeng Isi Donya. Ini melambangkan kekayaan dan kemampuan mengelola. Pedagang akan banyak untung dan disenangi orang banyak.
Pamor Lintang Kemukus. Bagus untuk kelancaran komunikasi, hubungan. Akan dengan cepat menerima berita, mengetahui sesuatu secara otomatis, juga dalam bidang spiritual.
Pamor yang sebaiknya dihindari :
Ada beberapa pamor keris, menurut pengalaman mempunyai pengaruh yang kurang baik bagi pemilik keris, antara lain :
Pamor Manerakung. Ini pamor jelek, pemilik bisa cilaka.
Pamor Buto Ijo. Jelek, senjata makan tuan, bikin pemilik susah.
Pamor Lulut. Bikin pemiliknya sakit-sakitan.
Pamor lain yang tidak baik diantaranya : Gedah, Pasiyungan, Sengkolo, Ngangsar, Buntel Mayit, Kudhung Mayit, Nerjang Landep, Pegat Waja, Pedhot, Belah Pucuk dll.
Tata cara mengenakan keris
Keris adalah pelengkap busana pria tradisional pada masa kini dan dipakainya disebelah belakang pinggang. Oleh karena itu, dalam bahasa Jawa juga disebut “wangkingan” artinya tempatnya dibelakang. Tentu saja cara memakainya yang pantas.
Keris dalam bahasa halus/kromo inggil disebut “ Dhuwung” artinya lumayan.
Keris juga diartikan sebagai rahasia yang harus disimpan.Sebagai orang dewasa, orang tua ( tua sikap dan jalan pikirnya, bukan hanya tua umurnya), manusia seharusnya mengerti rahasia kehidupan dengan jalan belajar ilmu sejati atau kebatinan. Ada pepatah Jawa : “Curigo manjing warongko” artinya : Bersatunya keris dengan warongko/ sarungnya.
Dari sudut pandang spiritual/kebatinan, itu berarti : Manunggalnya Sang Pencipta dan ciptaannya, Manunggaling Kawulo Gusti dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa sehari-hari bilah keris harus berada didalam warongko.
Harga sebuah keris
Setelah kita mengetahui betapa sulitnya membuat sebuah keris klasik ciptaan seorang Empu, kita mengerti kenapa harganya relatif tidak murah. Itu semua disesuaikan dengan pengalaman, penghargaan dari laku tirakatnya dan harga-harga material dan beaya operasional yang dikeluarkan selama 40 hari hanya untuk membuat sebuah keris klasik yang bermutu. Pada saat ini harga sebuah keris klasik ciptaan Empu berkisar antara Rp.10 juta sampai dengan Rp.50 juta, tergantung dari kualitasnya.
Harganya akan jauh lebih mahal kalau bilah keris dilapis dan dipercantik dengan lapisan emas. Terkadang sampai 100 gram emas dipakai.
Ongkos untuk mempercantik penampilan keris juga mahal. Harganya akan lebih mahal lagi kalau warongko/sarung keris juga dari materi yang mahal.
Itulah harga untuk sebuah karya klasik seorang Empu Keris masa kini.
Pada masa kini, hanya ada beberapa empu keris tradisional Seorang empu tradisional, dia hanya mampu membuat 6 atau 7 keris per tahun. Biasanya, mereka itu sudah fully booked. Sehingga bila anda ingin memesan membuat keris kepada empu, harus bersabar menunggu antrian sampai satu atau dua tahun.
Karena permintaan pasar yang cukup tinggi untuk keris, ada sejumlah pembuat keris ( yang tidak masuk kategori Empu), mereka mampu menempa lebih cepat.
Diperlukan kira-kira satu minggu untuk memproduksi sebuah keris. Dibeberapa tempat di Jawa, ada tempat-tempat penempaan dan pembuatan keris dengan produksi masal. Keris-keris itu memenuhi pasar. Kerisnya tidak jelek, sedang kualitasnya. Secara popular, keris semacam ini disebut “keris untuk souvenir”. Dan harganya tentu saja jauh lebih murah dari bikinan Empu.
Empu Keris masa kini
Diantara empu keris masa kini, yang kondang adalah Empu Sungkowo Harumbrojo, putra dari almarhum Empu Djeno Harumbrojo dari desa Gatak, Moyudan, Sleman, Jogjakarta.Klasnya sebagai empu keris didapat dari pengalaman berkarya mengikuti ayahandanya selama lebih dari 30 tahun. Empu Sungkowo masih tetap melestarikan cara tradisional dalam membuat keris, lengkap dengan sesaji dan laku tirakat.
Empu Harumbrojo adalah masih keturunandari Empu Supodriyo dari kerajaan Majapahit abad XIV. Keris bikinan Harumbrojo sangatlah dicari oleh para penggemar dan kolektor keris dari Indonesia dan juga dari mancanegara seperti dari negeri –negeri Asia, Perancis, Belanda dan Eropah lainnya ,juga dari Amerika Serikat
Pembuat keris yang lain dengan pengalaman lebih dari 25 tahun adalah Djiwo Dihardjo dari desa Banyusumurup, Imogiri, Jogjakarta. Daftar pelanggannya tidak saja pelanggan lokal, tetapi juga para pembesar dalam dan luar negeri.
Empu Karyadiwangsa dari Kajar, Gunung Kidul, Jogja juga termasuk empu tradisional menurut pengamatan Bapak Lumintu, seorang pengamat keris senior dari Jogjakarta.
Untuk diketahui dalam penempaan keris tradisional dengan tata cara kuno, dipercaya bahwa : kepandaian, kerja keras dan material yang baik, akan tidak bisa dipakai menghasilkan keris yang bagus ,kalau tidak didahului dengan tirakat seperti puasa, meditasi dan doa khusuk kepada Tuhan.
Saat ini, ada banyak penempa keris dan tombak di Solo, Jogja, Surabaya, Tulungagung, Taman Mini Jakarta, Madura, Brunai dll. Mereka adalah pembuat keris, tetapi tidak bisa disebut Empu kalau dalam pembuatannya tidak dibarengi dengan tata cara tradisional seperti sesaji dan laku tirakat.
Pembuat keris dari Surakarta antara lain : KRT. Supowijoyo ( Suparman) dari Kadipiro, H.Fauzan dari Purwosari, Kelompok STSI Kenthingan dari Jebres, Suyanto dari Bibis Kulon dan Harjosuwarno yang berkarya ditempat pembuatan keris di Surolayan milik Go Tik Swan/ KRT. Harjonegoro di Kratonan.
Bangsa Indonesia bangga bahwa karya pinisepuhnya yang berupa Keris telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2005 sebagai Warisan Budaya Indonesia.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar